PHDI Banten

CARU-TAWUR BUKAN SESAJI ‘VEGETARIAN’

Ritual caru dan tawur bukan hanya ritual yang bersifat simbolik, tapi bekerja secara magis. Persyaratannya tidak bisa digantikan dengan perlengkapan simbolis.

Caru adalah sesaji untuk Bhuta dan “dunia bawah” sehingga variable atau isinya adalah sesaji yang bersifat “non-vegetaris”. Bisa dibandingkan dengan pemberian ransum atau suguhan pada “makhluk buas karnivora” — sesaji yang ditujukan ke alam bhuta-kala bersifat karnivoris. Seseorang bisa mengubah gaya hidup menjadi vegeratian, tetapi tidak bisa memaksakan hewan peliharaannya yang karnivora untuk ikut makan “makanan vegetarian.”

Tawur dari berabab-abad lampau dijalankan sebagai tradisi magis penyucian alam, mengembalikan keseimbangan kosmik. Pengembalian gaib ini disebut ‘somya’. Supaya ‘ruwatan bumi’, ‘permohonan kesuburan’, ‘ritual mengalau hama’, ‘ritual prayascita’ dll bekerja secara magis & efektif, harus ada ruang tenggang atau jeda dari masa ‘nyomia’ (proses penyucian) selama sehari. Sehari penuh untuk menjaga agar semua doa-mantra-stava-sesaji tawur berkerja efektif secara gaib ini dikenal sebagai NYEPI.

— Disampaikan oleh Sugi Lanus dalam Webinar PHDI Banten: “Sejarah dan Makna Perayaan Hari Suci Nyepi”, Sabtu, 19 Februari 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *