PHDI Banten

I GUSTI BAGUS SUGRIWA, THE UNTOLD STORY

Oleh: IGB. Bintara

Om swastyastu.
Om Awighnam astu namo sidham.
Om sidhirastu tad astu swaha.
Om anobadrah krtavoyantu visvatah

🙏SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN dan HARI PAHLAWAN, 10 Nopember 2021
🙏SELAMAT HARI RAYA KUNINGAN dan HARI PAHLAWAN MARGARANA, 20 Nopember 2021

Dengan diabadikannya nama I Gusti Bagus Sugriwa sebagai nama sebuah universitas yaitu Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa membuat saya teringat masa-masa SMA setengah abad yang lampau.
Untuk mengenang jasa para Pahlawan Margarama dan Pahlawan Bali lainnya, sebagai ex murid Pak Sugriwa tahun 1971-1972 izinkan saya menuliskan cerita kecil bersama beliau dalam bentuk memoar yang saya beri judul : I GUSTI BAGUS SUGRIWA, THE UNTOLD STORY

Masa Awal Mengenal Pak Sugriwa
Masa kecil hidup didesa yang tanpa listrik, radio, TV apalagi internet praktis satu²nya hiburan adalah mendengarkan satua alias dongeng dari Ibu saya. Beliau nyatua dengan membaca buku sebelum anak²nya tidur. Lama² saya jadi ketagihan. Jika tukang satua ketiduran saya bangunin untuk melanjutkan satua kemarin yang masih to be continued. Jika Ibu tidak bisa melanjutkan, bukunya saya ambil untuk me-lihat² gambarnya saja karena belum bisa baca. Tiba² Ibu saya berkata: “Kalau mau tahu kelanjutan satua kemarin, kamu harus bisa baca sendiri. Nanti Ibu ajarin kamu membaca”. Dari sinilah awal mulanya saya mulai belajar membaca dan menulis anacaraka karena bukunya memakai huruf bali! Belajar huruf latin belakangan setelah masuk sekolah SR ( sekarang SD).
Setelah bisa baca, saya menjadi tahu judul buku dongengnya adalah “Purwa Sastra, Wewaosan Alit-Alit ring Sekolahan Bali” karangan I GUSTI BAGUS SUGRIWA.
Sekarang saya yang menjadi juru dongeng:
Ada tuturan satua Pan Balang Tamak. Ia sugih, dueg makruna, dayane liu pesan, tusing nyak kalah teken krama desane. Nanging ke solahne ento ulihan bebenehan … dst.
Diakhir cerita tidak lupa ditutup dengan: “gowak maling kuwud, satua bawak sube suwud”
Di SR dan SMP hampir semua buku pelajaran yang berhubungan dengan agama, sastra, adat, sejarah dan budaya Bali adalah karangan I Gusti Bagus Sugriwa.

Setamat SMP diawal tahun 1970 saya lanjut ke SMAN Singaraja (sekarang SMANSA). Naik ke kelas 2 tahun 1971 pindah ke SLUA I Saraswati Denpasar dengan guru agama: I Gusti Bagus Sugriwa. Jika selama ini saya hanya mengenal nama tanpa tahu wajah, sekarang beliau malah menjadi Guruku!!
Saya sungguh tidak sabar untuk mengenalnya sampai pada suatu pagi saya melihat seorang anak lingsir (yang kala itu usianya 71, terbalik dengan saya yang baru 17 ) berjalan kaki memasuki gerbang sekolah dengan celana dan baju warna putih lengan panjang, sepatu pantofel dan tas kulit warna hitam, bertopi krop belanda yang sekarang lagi trend dikalangan penggemar sepeda onthel. Berjanggut seperti Agus Salim pahlawan nasional exMenlu dari Koto Gadang Sumatera Barat. Saya belum tahu anak lingsir ini siapa. Rasa penasaran saya terjawab saat pelajaran agama, beliau inilah yang berdiri didepan kelas.

Pelajaran Agama
Text book pelajaran agama masih sama dengan waktu SR- SMP yaitu Upadesa. Buku Upadesa hanya ada satu, tidak ada level elementary, intermediate, advance seperti buku pelajaran lainnya. Di SMA hanya pendalaman materinya yang berbeda.

Sebagai seorang sastrawan yang menguasai ilmu pedalangan dan karawitan, Pak Sugriwa sangat cermat dalam mengkorelasikan bab demi bab Upadesa dengan Asta Dasa Parwa Mahabharata maupun Sapta Kanda Ramayana. Beliau bisa bercerita berbagai Parwa dan Kanda tanpa buka buku catatan!
Ketika membahas Guru Wisesa misalnya, beliau mengaitkannya dengan Bisma Parwa dan Yudha Kanda.
Di Bisma Parwa ada diceriterakan bahwa Bisma bukan membela Kurawa maju kemedan perang Kurusetra tapi membela Negara Astina. Di Yudha Kanda ada Kumbakarna yang maju kemedan perang melawan Rama bukan untuk membela sang kakak Rahwana tapi menjaga tanah airnya Alengka. Kedua-duanya punya alasan yang sama yaitu membela negara sebagai seorang patriot sejati.
Dalam dunia modern, mungkin sikap Bisma dan Kumbakarna ini yang mengilhami Lord Palmerston pada abad XIX dari Inggris dengan ungkapannya yang terkenal “Right or Wrong Is My Country” yang dalam bahasa balinya “Jele Melah Gumi Gelah”.
Code of conduct seorang Kesatria Patriot.

Di Salya Parwa dikisahkan Prabu Salya raganya berpihak ke Kurawa namun jiwanya berpihak ke Pandawa. Ketika Salya ditunjuk maju sebagai Panglima Perang, Pandawa gemetar karena tahu bahwa Salya tidak mempan senjata apapun. Lalu diutuslah keponakannya Nakula menghadap Salya dan menanyakan apa rahasia mengalahkan Pamanda. Prabu Salya menjawab: “Kirim kakakmu Yudistira untuk menghadapiku niscaya aku akan gugur”.
Salya gugur oleh senjata Kalimusada milik Yudistira.
Code of conduct seorang Kesatria Bimbang

Ada lagi Karna Parwa
Karna, membela Kurawa karena balas budi. Sebagai anak kusir dokar dia dipungut oleh Duryudana lalu disekolahkan, setelah lulus di diberi jabatan bergengsi sebagai Adipati Awangga , dipersiapkan untuk menghadapi Arjuna kelak. Arjuna adalah adik tiri Karna lain ayah.
Code of conduct seorang Kesatria Matré

Selama 2tahun pelajaran agama terasa nonton wayang tanpa klir. Bahasa pengantar 100% bahasa bali logat bulelengan. Tapi urusan lelucon, masih kalah dibandingkan dalang zaman now, Cengblonk.😀

Sebagai seorang budayawan, Pak Sugriwa menemukan banyak kemiripan adat budaya Jepang dan Bali. Mungkin ini yang menjadi pendorong beliau untuk belajar bahasa dan budaya Jepang secara autodidak sampai menjadi guru bahasa Jepang ditahun 1930an.
☀Bushido mirip dengan Jele Melah Nyame Gelah.
☀Harakiri mirip dengan Puputan,
☀Jepang punya agama asli Shinto sementara Bali punya Agama Tirta (Gama Bali)
☀Tulisan Katakana Hiragana mirip dengan Anacaraka dimana tidak ada konsonan yang berdiri sendiri dan merangkai kata tanpa spasi.
☀Jepang punya seni Origami (merangkai kertas), Bali punya seni majejahitan dari janur yang sama² untuk upacara keagamaan.
☀Sama2 punya rice wine yang di Jepang namanya Sake, disini namanya Brem
☀Disana ada tradisi Shinrin-yuko yaitu berbicara dengan pohon, disini ada Tumpek Uduh yang jatuh pada Saniscara Kliwon wuku Wariga atau H-25 sebelum galungan.
Sesontengan Jepang: 愛してるよ
Sesontengan Bali: Kaki Kaki, I Dadong jumah? Dst.
☀Negeri Matahari Terbit tidak punya sumber daya alam tapi kaya dengan bencana alam gempa, tsunami, topan hagibis, tanah longsor.
Bali pulau mungil tidak punya sumber daya alam tapi juga kaya dengan bencana alam gempa, gunung meletus, angin puting beliung, tanah longsor.
Jepang tumbuh menjadi negara industri maju yang menguasai dunia sementara Bali berkali-kali menjadi The Best Travel Destination in The World.
Beleive it or not, berkah ini karena sama-sama teguh merawat warisan leluhur!!

Untuk menjaga agar suasana kelas tidak monoton, pelajaran juga diselipi dengan pengetahuan wariga, sistem penanggalan bali surya chandra, ala ayuning dewasa, aksara bali dan kiprah politik Pak Sugriwa.
Untuk masalah ini sudah banyak ditulis di media jadi tidak saya ceritakan disini agar tidak menyimpang dari judul : The Untold Story.

Penutup
Selama pelajaran Agama, hampir tidak pernah Pak Sugriwa menyinggung atau memperkenalkan sloka2 weda. Saya tidak tahu apa alasannya sampai saya menemukan sebuah sloka berikut:
Bayu Purana I. 201:
“Ithiasa puranabhyam vedam samupabrmhayet, bibettyalphastutab Vedo mamayam praharisyati”
Artinya:
Hendaknya Weda dijelaskan lewat Ithiasa dan Purana. Weda merasa takut apabila orang yang bodoh membacanya. Weda berfikir bahwa orang yang bodoh akan memukulnya.
Jadi jangan heran, orang hindu bali jarang yang kenal dengan sloka atau ayat-ayat weda karena pengetahuan weda lebih banyak diperoleh lewat ithiasa purana saat nonton wayang, arja, gambuh, topeng, drama gong atau mendengar kekawin, kidung, gaguritan, juru satua (story teller).
Jangan-jangan kegaduhan yang terjadi antar umat hindu belakangan ini disebabkan oleh banyaknya orang tulah yang sudah melanggar piteket Bayu Purana diatas. Baru belajar satu dua sloka dari guru abal-abal sudah jumawa men-stempel orang Bali sebagai penganut tradisi mule keto. Sebuah istilah konotatif yang bernada nyinyir menghina: Hindu Bali sing medasar sastra. Guru Kebijaksanaan pernah berujar: “Karma pala tidak bisa dilukat dengan ngaturang guru piduka, ala ulah ala tinemu, ayu kinardi ayu pinanggih.”
Semoga orang-orang ini tidak kena alpaka guru.

Sebelum ditutup, izinkan saya membagikan quote berikut dari Bapak Bangsa India:
Your beliefs become your thoughts (manacika), your thoughts become your words (wacika), your words become your actions (kayika), your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny.
“Mahatma Gandhi”

👉If your belief is HINDU BALI, your destiny will be AJEG BALI
👉If your belief is HINDU INDIA, your destiny will be AJEG INDIA.
The choice is on your hands!!

Matur sukseme
Om santi santi santi Om

🙏Tabik pukulun Bapakku I Gusti Bagus Sugriwa, dumugi amor ing acintya lan sampun mapikolih genah sane pinih utama ring swargaloka🙏

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *